Jumat, 10 Mei 2024 – 14:24 WIB

VIVA – Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi, telah memerintahkan penggerebekan yang dilakukan di kantor Al Jazeera, saluran televisi Qatar, yang terletak di Nazareth, bagian utara Israel.

Baca Juga:

Netanyahu Tidak Takut Soal Ancaman AS Mengenai Pasokan Senjata

Karhi menyampaikan melalui media sosial X, bahwa inspektur dari Kementerian Komunikasi bersama dengan petugas polisi telah melakukan penyitaan terhadap peralatan yang dimiliki oleh kantor tersebut.

“Hari ini saya memerintahkan penggerebekan studio di Nazareth tempat reporter Al Jazeera melakukan siaran. Saat ini, inspektur dari Kementerian Perhubungan dan Divisi Taktis Polisi Distrik Utara sedang menyita peralatan mereka. Israel tidak akan membiarkan Hamas menyiarkan dari sini,” tulisnya.

Baca Juga:

Respon Kim Kardashian Saat Diteriaki Free Palestine Tuai Sorotan

Bulan lalu, Knesset Israel menyetujui undang-undang yang memberikan izin untuk menutup saluran televisi Al Jazeera.

Baca Juga:

AS Ancam Setop Kirim Senjata ke Israel Jika Nekat Serang Wilayah Rafah

Sesuai dengan undang-undang tersebut, menteri komunikasi diberikan kekuasaan untuk menutup operasi jaringan asing di Israel.

Selain itu, menteri komunikasi juga memiliki kewenangan untuk menyita peralatan mereka apabila siaran yang mereka lakukan dianggap oleh menteri pertahanan sebagai “ancaman nyata terhadap keamanan negara.”

Al Jazeera memiliki kantor dan tim koresponden yang aktif di Israel, termasuk dalam peliputan perang yang berlangsung antara Israel dan Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah menelan korban lebih dari 34.900 jiwa.

Aksi penggrebekan ini pun menuai sorotan dari netizen di media sosia. “Kami tidak terkejut, karena anda memang anti demokrasi dan anti kemanusiaan,” tulis seorang netizen di kolom komentar.

Israel Tidak Takut Ancaman AS soal Senjata

PM Israel Benjamin Netanyahu bersama Batalyon Khusus Netzah Yehuda

Sementara itu, sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga mengatakan bahwa militer Israel siap berperang dengan segala kekuatan mereka. Hal ini menunjukan bahwa Netanyahu mengabaikan peringatan dari Presiden AS, Joe Biden mengenai pasokan senjata, yang dapat ditahan sehubungan dengan rencana operasi di Rafah.

Tindakan Israel yang sudah lama mengancam Rafah, di mana ribuan pejuang Hamas dan puluhan sandera berlindung di antara lebih dari satu juta warga Palestina, dimulai pada minggu ini dengan evakuasi ribuan warga sipil.

Pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka tidak dapat mendukung invasi besar-besaran Tel Aviv di Rafah karena tidak adanya rencana yang kredibel untuk melindungi non-kombatan.

Di lain sisi, Israel mengatakan kemenangan dalam konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan itu tidak mungkin terjadi tanpa merebut Rafah.

Netanyahu tetap bungkam atas laporan bahwa Washington menahan pengiriman bom udara sampai, pada Rabu lalu, 8 Mei 2024, Biden mengumumkan tindakan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari peringatan AS kepada Israel untuk tidak nekat pergi ke Rafah.

“Jika kita harus berdiri sendiri, kita akan berdiri sendiri,” kata Netanyahu tanpa merujuk secara spesifik pada pengumuman AS tersebut.

Baca artikel Trending menarik lainnya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya

Al Jazeera memiliki kantor dan tim koresponden yang aktif di Israel, termasuk dalam peliputan perang yang berlangsung antara Israel dan Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah menelan korban lebih dari 34.900 jiwa.

Halaman Selanjutnya



Fuente