Senin, 6 Mei 2024 – 16:48 WIB

Tel Aviv – Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengatakan pada Minggu, 5 Mei 2024, bahwa rencana serangan darat di Rafah, Jalur Gaza selatan akan segera terjadi.

Baca Juga:

3 Tentara Israel Tewas Kena Rudal Kiriman Brigade Al-Qassam

“Kami mengamati tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa Hamas tidak berniat mencapai kesepakatan dengan kami,” kata Gallant kepada pasukan militer di Koridor Netzarim di Gaza tengah.

“Ini berarti operasi di Rafah sudah dekat,” tambahnya, dikutip dari Sebuah berita, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Juga:

PBB Sebut Rekonstruksi Gaza Bisa Capai Biaya Rp 643 Triliun

Selain itu, militer Israel mulai menyebarkan selebaran merah di wilayah timur Rafah, yang meminta warga Palestina untuk mengungsi ke al-Mawasi, dengan mengklaim bahwa pengungsian tersebut bersifat “sementara”.

Selebaran tersebut menyatakan: “Kepada semua warga dan mereka yang saat ini berlindung di Kamp Rafah, Kamp Brazil dan lingkungan Al-Shabura dan Al-Zohour. Tetap berada di area ini membahayakan nyawa Anda.”

Baca Juga:

Cari Tahu, Israel Kembali Bom Markas Besar PBB

VIVA Militer: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu

Meskipun mendapat tentangan internasional, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk menyerang wilayah Rafah, rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina.

Serangan itu, menurut Netanyahu, untuk mengalahkan batalion Hamas yang tersisa.

Rafah adalah wilayah terakhir yang tersisa di Jalur Gaza, di mana Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukannya untuk melanjutkan serangan gencar terhadap warga Palestina.

Minggu pagi, Netanyahu juga menolak seruan untuk mengakhiri serangan Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas, dan mengklaim bahwa mengakhiri perang sekarang akan membuat kelompok Palestina tetap berkuasa.

“Kami memiliki tujuan yang jelas untuk perang ini: kami berkomitmen untuk melenyapkan Hamas dan membebaskan para sandera. Kami telah memberikan (negosiasi) jangka waktu tertentu dengan penundaan tertentu dalam tindakan operasional,” ujar Gallant.

Sebaliknya, pada hari Minggu, ketua Hamas Ismail Haniyeh menuduh Netanyahu merusak upaya kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

“Hamas masih ingin mencapai kesepakatan yang mengakhiri agresi, menjamin penarikan pasukan Israel, dan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang serius,” ucap Haniyeh dalam sebuah pernyataan.

Hamas, yang diyakini menyandera lebih dari 130 orang Israel, mengadakan pembicaraan di Mesir pada hari Sabtu, 4 Mei 2024, untuk gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera dengan Israel.

Saluran Berita Al-Qahera yang dikelola pemerintah Mesir, melaporkan kemajuan positif dalam pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza.

Hamas juga menuntut diakhirinya serangan Israel di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan penyanderaan dengan Tel Aviv.

Halaman Selanjutnya

Serangan itu, menurut Netanyahu, untuk mengalahkan batalion Hamas yang tersisa.

Halaman Selanjutnya



Fuente