Selasa, 7 Mei 2024 – 15:30 WIB

VIVA – Pesta pemilihan umum Peresiden Republik Indonesia tahun 2024 baru saja selesai digelar. Ditandai dengan pengumuman hasil Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan menetapkan paslon nomor urut 02 sebagai pemenang kontestasi politik. Perolehan suara nomor urut 02 berjarak cukup jauh dari suara perolehan pesaingnya. Data ini berdasarkan pengumuman KPU hari Rabu, 20 Maret lalu. 58,59% perolehan suara sah paslon nomor urut 02, 24,95% nomor urut 01, dan 14,47% perolehan suara nomor urut 03.

Baca Juga:

Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,11 Persen, Airlangga: Tertinggi Sejak 2015

Hasil keputusan KPU di atas pastinya tidak hanya dirasakan oleh aktor politik atau pasangan calon saja, juga terhadap jajaran di bawahnya hingga para relawan tim sukses masing-masing parpol. Keputusan tersebut telah resmi dan sah menurut regulasi yang berlaku. Meskipun ada beberapa kontra dari pesaing pemenang pemilu presiden RI tahun 2024.

Hal wajar bila ada beberapa tuntutan dari golongan kalah sebab dalam kondisi seperti itu harapan kadang tidak sesuai dengan hasil akhir. Tetapi kendati tidak sesuai harapan, sebagai bangsa yang besar jiwa berbesar hati pun mesti selalu tertanam dalam diri setiap warga negara termasuk aktor politik yang ikut kontestasi.

Baca Juga:

Indonesia Akan Menghadapi Guinea di Playoffs Olimpiade Paris 2024

Demi menjaga kesatuan dan persatuan, kewibawaan warga negara perlu dijaga agar keseimbangan dan keharmonisan bernegara bisa terus dirasakan. Untuk mewujudkan hal itu setiap kalangan harus berkontribusi. Terutama media massa sebagai perpanjangan tangan atas informasi yang beredar. Informasi yang sesuai fakta dan akurat harus tetap terkontrol. Jangan sampai media massa menjadi sumber perpecahan karena mengedarkan informasi salah atau memihak satu golongan. Netralitas adalah fondasi awal kegiatan jurnalisme.

Lebih-lebih peredaran informasi sekarang sangat cepat. Setiap akun sosial berpotensi menyebarkan informasi hoax, agaknya menurut pendapat pribadi setiap pengguna media sosial tidak gegabah menerima dan menyalurkan ulang informasi di akun media sosialnya.

Baca Juga:

BPS Catat Inflasi April 2024 0,25 Persen, Transportasi Jadi Pendorong Utama

Tantangan yang muncul berikutnya adalah terkait fenomena echo chamber: bahwa pengguna media sosial hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan pribadi mereka. Kesulitan membuka ruang opini yang berbeda dan berlawanan arah meningkatkan terjadinya konflik. Tentunya ini akan merusak perdamaian yang ada. Untuk itu kontribusi pemangku kebijakan sangat dibutuhkan agar memperketat pengawasan terhadap pengguna media sosial supaya integritas informasi tetap terjaga.

Sikap dewasa setiap warga negara juga diperlukan. Beberapa opini mengambil contoh sikap dewasa Prabowo Subianto sebagai elite politik yang bergabung dalam pemerintahan Joko Widodo yang mana sebelumnya adalah rival Jokowi itu sendiri pada pemilu tahun 2019. Meskipun ada yang menganggap tindakan Prabowo sebagai pengkhianatan kepada golongan politiknya. Tetapi terlihat Prabowo memiliki kepedulian kepada bangsanya dengan menjabat sebagai Menteri Pertahanan, yang dianggap berkapasitas oleh Jokowi. Walaupun nanti terdengar bisikan antusias Prabowo itu adalah manuver politik Prabowo untuk mencapai tujuannya.

Hal serupa juga dialami oleh Sandiaga Uno, sekarang menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perubahan-perubahan seperti ini memastikan politik bukanlah entitas yang kaku, melainkan sesuatu yang dinamis. Perbedaan bukanlah penghalang melainkan anugerah besar yang dimiliki manusia. Dengan menjaga sikap saling menghormati, kita dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang rukun. Pemilu bukan sekedar menang dan kalah tapi lebih dari itu, pemilu menghargai setiap suara yang ada.

Terlepas dari berbagai opini yang ada, tujuan dari tulisan ini adalah mengajak kita bersama agar tetap menjunjung nilai-nilai persaudaraan sebagai warga negara Indonesia. Tujuan besar bangsa ini akan tercapai bila kita (warganya) bisa bekerja sama dalam lingkup nilai persaudaraan yang erat.

Biarlah pendapat berbeda asal tidak dengan tujuan bersama. Tujuan yang sama bisa dicapai dengan jalan yang berbeda, tetapi tujuan yang berbeda tidak mungkin bisa dicapai oleh jalan yang sama.

Halaman Selanjutnya

Hal serupa juga dialami oleh Sandiaga Uno, sekarang menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perubahan-perubahan seperti ini memastikan politik bukanlah entitas yang kaku, melainkan sesuatu yang dinamis. Perbedaan bukanlah penghalang melainkan anugerah besar yang dimiliki manusia. Dengan menjaga sikap saling menghormati, kita dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang rukun. Pemilu bukan sekedar menang dan kalah tapi lebih dari itu, pemilu menghargai setiap suara yang ada.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.



Fuente