Selasa, 21 Mei 2024 – 21:06 WIB

Jakarta – Seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta Barat berinisial AS (15) diduga dicabuli teman sekelasnya hingga hamil dengan usia kandungan 7 bulan.

Baca Juga:

Majelis Hukama Muslimin Indonesia Sambangi Banthe Pannavaro Jelang Waisak, Bahas Apa?

Ibu AS, R, mengatakan berdasarkan pengakuan anaknya, kejadian pencabulan terjadi di sekolah. “Saya kasih dua foto teman sekelasnya, dan dia langsung menunjuk salah satu pelaku,” ujar R dalam keterangannya, Selasa 21 Mei 2024.

AS adalah seorang tunarungu serta keterbelakangan dalam berbicara dan intelektual. R mengetahui hal ini saat AS muntah muntah pada hari raya Idul Fitri 2024.

Baca Juga:

Pasca-Pukul Mundur OPM di Kampung Homeyo, Koops TNI Habema Dirikan Sekolah Lapangan untuk Warga

“Anak saya muntah-muntah saat Lebaran kemarin, lama-lama kok kondisi anak saya semakin memburuk,”nya.

Setelah dilakukan oemeriksana ke Dokter, R menduga AS hamil. “Setelah kondisi tersebut, tanggal 6 Mei 2024 kemarin ke klinik terdekat, di situ saya meminta rujukan ke rumah sakit ke poli kandungan,” kata R.

Baca Juga:

Polisi China Bisa Geledah HP dan Laptop Warga Berdasarkan Peraturan Baru

Ternyata, saat dicek, AS hamil lima bulan. Setelah memberi isyarat bahwa teman satu kelasnya yang melakukan hal ini, R lantas mendatangi pihak sekolah untuk dilakukan penindakan terhadap pelaku.

Ilustrasi pelecehan seksual

“Tanggal 8 Mei saya menemui kepala sekolah dan dia enggak mau nemuin kami ke wali kelas anak saya. Alasannya takutnya terkejut karena enggak ngasih informasi. Saya bilang lebih syok mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya,” tambah dia.

Akhirnya, keluarga R sempat bertemu ke wali kelas AS. Menurut R, wali kelas anaknya pun menduga pelaku memiliki ketertarikan terhadap seks.

Kemudian, AS diajak wali kelas untuk menunjuk di mana tempat kejadian itu. Kata R, anaknya menunjuk ke arah toilet perempuan lantai tiga. Dan R menilai, pihak sekolah tidak membantu dalam kasus ini.

R mengatakan pihak sekolah malah menduga kejadian pencabulan itu di rumahnya. “Malah asumsinya (pihak sekolah) siapa tahu omnya, siapa tahu bapaknya, Kami ke sini berkat pengakuan (sang anak) di sekolah. Bukan karena saya berasumsi,” ujarnya.

R berharap pihak sekolah mau memberikan solusi dan tanggung jawab usai kejadian ini. “Karena anak saya dibilang perlu pendidikan ekstra, tapi pada kenyataannya ini kan kelalaian semua guru, saya mohon penyelesaiannya sampai ke jalur hukum,” ujarnya.

Saat dihubungi, kepala sekolah AS, D, menjelaskan kejadian itu kecil kemungkinan terjadi di dalam sekolah. Sebab, lima bulan sebelum kehamilan AS terungkap, sekolah itu tengah meliburkan siswa karena ada ujian akhir semester dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Baca artikel Trending lainya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya

“Tanggal 8 Mei saya menemui kepala sekolah dan dia enggak mau nemuin kami ke wali kelas anak saya. Alasannya takutnya syok karena enggak ngasih informasi. Saya bilang lebih syok mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya,” tambah dia.

Halaman Selanjutnya



Fuente