Sabtu, 4 Mei 2024 – 22:10 WIB

Jakarta – Ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu penyokong kestabilan perekonomian masyarakat Indonesia. Aktivitas seperti pemanfaatan dana sosial syariah untuk mendukung kemandirian ekonomi umat, dan berbagai solusi lainnya hadir untuk mengatasi masalah di tengah-tengah masyarakat dengan mengutamakan prinsip syariah.

Baca Juga:

Gunung Ruang Sitaro Erupsi, Wapres Imbau Patuhi Petunjuk Mitigasi Bencana Pemerintah

Namun, Wakil Presiden (Wapres) RI, K.H. Ma’ruf Amin mengatakan, beberapa orang masih enggan atau merasa takut untuk melakukan kegiatan perekonomian. Padahal, sejatinya ekonomi syariah dibangun untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat. Hal ini disebabkan dewasa ini, umat Islam cenderung tertinggal di bidang ekonomi.

“Bisa jadi ini akibat salah paham terhadap ajaran agama, karena menganggap dunia ini tidak penting, yang penting akhirat. Bisa jadi salah, seperti itu,” kata Wakil Presiden Ma’ruf pada Sabtu, Mei 4 Agustus 2024.

Baca Juga:

RI Dibayangi Meningkatnya Persaingan Global, Luhut: Tak Ada yang Bisa Mendikte Kita

Wakil Presiden RI Maruf Amin (tengah) di sela kunjungan kerja di Athena, Yunani, Kamis waktu setempat, 23 November 2023.

Foto :

  • ANTARA/Indra Arief Pribadi

Berdasarkan pemikiran tersebut, Ma’ruf Amin mengungkapkan ada dua hadits yang menjadi sebab orang-orang takut untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pertama, hadis yang menerangkan bahwa barang siapa yang mencintai hal-hal duniawi, maka urusan dunianya akan terancam.

Baca Juga:

Aset Kripto Jadi Salah Satu Strategi Pengembangan Ekonomi Digital RI, Ini Penjelasannya

“Barangsiapa mencintai dunianya, maka dia akan diberkati akhiratnya. Kalau cinta dunia, akhirat berbahaya. Jadi masyarakat takut,” ujarnya.

Kedua, kata dia, sebuah hadis menyebutkan bahwa mencintai dunia adalah biang atau sumber dari segala kesalahan.

Dalam kaitannya dengan dua hadis di atas, Ma’ruf Amin menyebut bahwa menurut Syekh Nawawi, yang dimaksud dengan cinta dunia yang membahayakan dan menjadi sumber kesalahan adalah ketika seseorang terbawa ke dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah.

“Yang dimaksud dengan cinta adalah keburukan dan sumber rasa bersalah adalah yang berujung pada perbuatan dan perbuatan yang haram [oleh Allah]atau menyia-nyiakan, perintah-perintah [Allah] diabaikan, itu yang dimaksud tadi,” kata dia.

Jika kecintaan manusia terhadap dunia itu pantas, lanjutnya, maka itu manusiawi. Selama manusia tidak menyimpang dan taat kepada Tuhan, maka kecintaan terhadap dunia merupakan hal yang wajar dan pada dasarnya sudah menjadi karakter manusia.

“Memang yang dikhawatirkan itu orang mencari dunia, tidak tahu halal-haram. Mencari dunia kemudian lupa salat, mencari dunia enggak sempat mengaji,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Dalam kaitannya dengan dua hadis di atas, Ma’ruf Amin menyebut bahwa menurut Syekh Nawawi, yang dimaksud dengan cinta dunia yang membahayakan dan menjadi sumber kesalahan adalah ketika seseorang terbawa ke dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Halaman Selanjutnya



Fuente