Bulan Juni 2024 menandai tempatnya dalam sejarah Delhi dengan curah hujan tertinggi ketiga yang tercatat sejak tahun 1901, dengan akumulasi curah hujan sebesar 234,5 mm pada tanggal 28 Juni.

Musim hujan kali ini terjadi setelah musim hujan tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni 415,8 mm pada tahun 1936 dan 399 mm pada tahun 1933. Banjir besar yang khususnya berdampak pada wilayah Delhi-NCR pada tanggal 28 Juni menyoroti sifat kompleks dan dinamis dari aktivitas musim hujan.

Departemen Meteorologi India (IMD) telah menganalisis situasi dengan cermat dan menghubungkan hujan lebat tersebut dengan sirkulasi monsun yang pulih setelah fase dormansi yang panjang di India timur.

Kebangkitan ini, yang dimulai pada tanggal 25 Juni, bertepatan dengan pembentukan sirkulasi siklon udara atas di Teluk Benggala.

Beberapa fenomena meteorologi menjadi pemicu banjir ini.

Terjadi peningkatan aktivitas yang signifikan di Laut Arab, dan zona geser timur-barat terbentuk di Semenanjung Utara India, sehingga meningkatkan kondisi curah hujan. Selain itu, pola angin yang menyatu juga berperan penting dalam menarik kelembapan yang melimpah.

Yang semakin memperparah skenario tersebut adalah meningkatnya tekanan udara rendah di Teluk Benggala dan bercampurnya angin lembap dan angin hangat, yang meningkatkan intensitas curah hujan.

Peristiwa cuaca ini merupakan bagian dari sistem monsun yang lebih besar yang mengalami peningkatan akibat aktivitas konvektif skala meso dan ketidakstabilan atmosfer yang melekat.

Dinamika meteorologi ini menggarisbawahi kompleksitas pola monsun dan peralihannya dari tidak aktif menjadi aktif.

Hujan lebat pada Juni 2024 tidak hanya mencerminkan pola variabilitas iklim tetapi juga menunjukkan perubahan yang sedang berlangsung dalam perilaku atmosfer.

Peristiwa semacam itu menawarkan pelajaran penting dalam memahami pengaruh musim hujan dan mempersiapkan diri menghadapi fenomena cuaca di masa mendatang.

Saat Delhi-NCR dan wilayah terdampak lainnya mengelola dampaknya, catatan curah hujan ini akan tetap menjadi titik acuan penting untuk pengamatan cuaca dan studi iklim.

Diterbitkan di:

29 Juni 2024



Source link