Mantan Presiden Senat, Adolphus Wabara telah mengungkapkan bahwa ia menolak sejumlah N250 juta untuk mendukung agenda masa jabatan ketiga selama pemerintahan mantan Presiden Olusegun Obasanjo.

Dalam kutipan dari seri wawancara YouTube “Untold Stories with Adesuwa,” yang dirilis pada hari Senin, ketika ditanya tentang kebenaran pernyataan tersebut, ia berkata, “Itu sangat benar.”

Agenda masa jabatan ketiga menandai momen penting dalam 25 tahun sejarah demokrasi Nigeria yang tak terputus, yang melibatkan rancangan undang-undang amandemen konstitusi yang bertujuan untuk memungkinkan Presiden Olusegun Obasanjo saat itu mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.

Lebih lanjut, Wabara mengungkapkan bahwa dirinya tidak percaya dengan kabar yang menyebutkan ada oknum senator yang menerima uang Rp50 juta saat itu. Namun, dirinya menerima uang suap sebesar Rp250 juta yang dibawanya menggunakan mobil G-Wagon pada pukul 01.20 dini hari.

Wabara juga menyatakan bahwa latar belakang pendidikannya memainkan peran besar dalam menolak agenda periode ketiga.

*“Saya menolak suap sebesar N250 juta untuk mendukung agenda masa jabatan ketiga. Uang itu sampai kepada saya pada pukul 1:30 dini hari, sebelum pidato masa jabatan ketiga saya. Uang itu datang dalam mobil G-Wagon hitam yang berkilau. Saya masih ingat bahwa uang itu ada dalam mobil G-Wagon hitam dan mobil station wagon 504 yang reyot. Uang itu dicairkan, dan istri saya ada di sana.”*

Menyoroti pentingnya keputusan tersebut, Wabara menyatakan bahwa jika agenda periode ketiga tetap berlaku, presiden lain tidak akan muncul.

“Tanpa orang-orang seperti kami, demokrasi tidak akan ada sekarang. Ya, jika kami mendukung masa jabatan ketiga, Anda tahu, maksud saya kita akan memiliki kediktatoran, tirani, dan orang-orang seperti Buhari tidak akan muncul. Bahkan Tinubu yang sekarang tidak akan muncul karena Obasanjo masih akan ada di sana,” katanya.

Berbicara tentang keadaan terkini di negara tersebut, Wabara menyesalkan bahwa mereka yang berkuasa sayangnya telah menjadikan kemiskinan sebagai senjata.

Kata-katanya: *”Kelaparan menyesatkan, dan orang-orang saya mengatakan bahwa ketika Anda memakan daun atau apa pun yang dimakan kambing, Anda adalah orang yang akan terus mereka ikuti. Itulah yang terjadi dalam demokrasi kita saat ini karena kelaparan. Para tetua dan politisi—mereka yang berada di pemerintahan—tidak menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk menghindari kelaparan.*

*”Ini adalah tindakan yang disengaja untuk terus membuat pemilih lapar sehingga mereka akan terus mengikuti dengan malu-malu. Jadi, akan ada infrastruktur perut sebelum mereka mulai berpikir apakah kita dituntun dengan benar.”*

Ia pun menegaskan bahwa dirinya tidak dicopot dari jabatannya oleh Obasanjo melainkan mengundurkan diri sembari menegaskan tidak ada tekanan.

Fuente