Selasa, 2 Juli 2024 – 21:57 WIB

Lumajang – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan Gunung Semeru mengalami peningkatan kejadian erupsi dan guguran lava yang sewaktu-waktu berpotensi mengakibatkan terjadinya awan panas, berdasarkan hasil evaluasi mingguan pada periode 23-30 Juni 2024.

Baca Juga:

Said Aqil Ingatkan Jangan Anggap Semua Pesantren Buruk terkait Kasus Nikah Paksa

“Aktivitas Gunung Semeru pada periode itu memperlihatkan aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena cuaca berkabut,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Lumajang, Selasa, 2 Juli 2024.

Menurutnya, akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan “scoria cones” berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas, kemudian material tersebut mengendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.

Baca Juga:

Gunung Marapi Meletus Lagi Pasca Turun Status ke Level II

Bahasa Indonesia:

Kolom abu vulkanik dengan intensitas tebal membumbung akibat aktivitas erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur, Rabu, 28 Februari 2024.

“Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder,” ujarnya.

Baca Juga:

Status Gunung Marapi Turun dari Siaga ke Waspada, Menurut PVMBG

Ia menjelaskan, pada periode tersebut juga mencatat bahwa jumlah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Semeru masih tinggi, terutama letusan, guguran, harmonik, dan vulkanik dalam.

Terekamnya kejadian getaran banjir dalam periode itu mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.

“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 30 Juni 2024, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III atau siaga dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan ancaman bahaya terkini,” ujarnya.

Hendra mengatakan, pihaknya memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).

Kemudian di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Kemudian warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, aliran lahar, dan lahar, di sepanjang sungai/lembah yang menjulang di atas puncak Gunung Semeru, khususnya di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. , serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. (semut)

Halaman Selanjutnya

Terekamnya kejadian getaran banjir dalam periode itu mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.

Halaman Selanjutnya



Fuente