Selasa, 2 Juli 2024 – 21:27 WIB

HIDUP – Panglima Komando Armada I (Koarmada I) Laksamana Muda (Laksda) TNI Yoos Suryono Hadi mengatakan, saat ini jumlah pelanggaran kapal asing di wilayah Laut Natuna Utara atau Laut China Selatan (LCS) mengalami penurunan.

Baca Juga:

Wartawan Meninggal Pasca-Beritakan Oknum TNI Jadi Backing Judi di Karo, TNI AD Angkat Bicara

Pangkoarmada I mengatakan, sepanjang tahun 2024 ini pihaknya telah mencatat terdapat 10 kali kontak antara TNI AL dengan Kapal Pemerintah Asing (KPA) di wilayah Laut Natuna Utara atau LCS. Angka itu, lanjut Pangkoarmada I, menurun jauh jika dibandingkan dengan pada tahun-tahun sebelumnya.

“Insiden dengan kapal pemerintah asing (KPA) cenderung menurun. Namun, Koarmada I selalu tetap waspada mengantisipasi setiap perkembangan situasi,” kata Panglima Koarmada I Laksda TNI Yoos Suryono usai menghadiri diskusi yang digelar Indonesia Strategic and Defense Studies (ISDS) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Juli 2024.

Baca Juga:

Tingkatkan Kerjasama Matra Laut, KSAL Bertemu Kepala Staf Angkatan Laut Singapura

Untuk diketahui,pada tahun 2021 jumlah kontak di Laut Natuna Utara terhadap Kapal Pemerintah Asing (KPA) tercatat sebanyak 81 kontak. Sementara pada tahun 2022 tercatat terdapat 22 kontak, dan pada tahun 2023 terdapat 14 kali kontak dengan Kapal Pemerintah Asing (KPA).

“Tapi kita tidak boleh terlena dengan keadaan pelanggaran tidak ada (di wilayah perbatasan LCS), kita diam saja dan sekarang pun kita di masa ini. Kita mengedepankan unsur-unsur Bakamla dan KKP untuk melaksanakan efektif occupation untuk melindungi penangkapan ikan di sana, dan kita selalu mem-back up kegiatan mereka yang ada di sana,” kata Panglima Koarmada I Laksda TNI Yoos Suryono.

Baca Juga:

Korea Utara Uji Coba Rudal Baru yang Mampu Membawa 4,5 Ton Hulu Ledak Nuklir

Bahasa Indonesia:

VIVA Militer: Pangkoarmada I Laksda TNI Yoos Suryono Hadi

Lebih jauh Pangkoarmada I mengungkapkan, bahwa TNI AL telah mempersiapkan strategi untuk mengantisipasi ancaman-ancaman yang mungkin dapat terjadi di wilayah perairan Laut China Selatan (LCS).

Salah satu yang dilakukan oleh TNI AL, lanjut Pangkoarmada I, memindahkan Markas Komando Armada I dari Jakarta ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dengan demikian, secara pergerakan kapal-kapal perang TNI AL ke wilayah rawan di Perairan Laut Natuna Utara atau Laut China Selatan (LCS) menjadi lebih dekat dan efisien.

“Kemudian memindahkan markas Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmada I dari Jakarta ke Ranai Natuna juga untuk memperkuat pangkalan Angkatan Laut TNI di sana dan kemudian unsur-unsur kita digelar di sana sebagai Naval Presence kehadiran kita di laut di sana,” tambahnya.

Tidak hanya itu, lanjut Pangkoarmada I, jajaran TNI Angkatan Laut juga telah menggelar Operasi Gabungan Pengamanan Laut Natuna Utara yang melibatkan sejumlah kapal perang TNI AL dengan kapal coast guard Bakamla RI, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara rutin di sekitar wilayah perairan Laut Natuna Utara atau Laut China Selatan.

Halaman Selanjutnya

Salah satu yang dilakukan oleh TNI AL, lanjut Pangkoarmada I, memindahkan Markas Komando Armada I dari Jakarta ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dengan demikian, secara pergerakan kapal-kapal perang TNI AL ke wilayah rawan di Perairan Laut Natuna Utara atau Laut China Selatan (LCS) menjadi lebih dekat dan efisien.

Halaman Selanjutnya



Fuente