Setidaknya 116 orang tewas pada hari Selasa selama acara keagamaan (‘satsang’) yang dipimpin oleh seorang pendeta gadungan Narayan Sakar Hari, yang dikenal sebagai ‘Bhole Baba’, di Hathras, Uttar Pradesh. Insiden itu terjadi ketika sekelompok besar umat mencoba mengumpulkan “Gendang Charan Ayah” (tanah dari kaki manusia dewa), yang mengakibatkan keributan besar.

Hal ini mengakibatkan terjadinya penyerbuan di dekat parit di lapangan tempat satsang diadakan, mengakibatkan banyak orang terjatuh dan menciptakan situasi yang kacau dan mematikan.

IKUTI INFORMASI TERBARU HATHRAS STAMPEDE DI SINI

BAGAIMANA KEJADIAN TERJADI

Menurut keterangan saksi mata, ‘satsang’ yang diadakan di lapangan terbuka menarik lebih dari 50.000 pengikut dari Uttar Pradesh, Haryana, dan Rajasthan. Saat acara hampir berakhir, para penyembah berbondong-bondong maju untuk berkumpul di sekitar dewa, memohon berkatnya dan tanah suci dari kakinya.

Saksi mata melaporkan bahwa selama prosesi pengumpulan tanah suci, orang-orang mulai tersandung dan jatuh ke dalam parit, yang mengakibatkan reaksi berantai yang mengakibatkan kematian dan cedera tragis pada banyak peserta.

TANGGAPAN SEGERA DAN PERNYATAAN DIAJUKAN

Pihak berwenang datang ke lokasi kejadian dan FIR didaftarkan untuk menyelidiki insiden tersebut. Investigasi awal menunjukkan bahwa pengendalian massa yang tidak memadai merupakan faktor signifikan dalam bencana tersebut.

Pejabat penegak hukum telah berjanji untuk mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kelalaian dalam keamanan dan pengelolaan massa.

Berbicara kepada India Today TV, Anggota Parlemen Kannauj dan Menteri Kesejahteraan Sosial negara bagian Asim Arun mengatakan, “Kami sedang melakukan penyelidikan menyeluruh untuk menentukan tanggung jawab polisi dan penyelenggara. Siapa pun yang bertanggung jawab akan menghadapi tindakan tegas. Sebuah tim khusus telah dibentuk untuk menyelidiki masalah ini.”

ORANG HILANG, UPAYA IDENTIFIKASI

Di tengah kekacauan itu, sekitar 20 orang dilaporkan hilang. Operasi penyelamatan masih berlangsung, dengan upaya difokuskan pada identifikasi orang-orang yang hilang.

“Tanggung jawab pertama kami adalah mengidentifikasi. Saya berharap ini akan selesai pada (hari ini) pagi,” kata Asim Arun.

SUARA ORANG YANG BERDUKA: ANGGOTA KELUARGA BERBICARA

Peristiwa tragis itu membuat banyak keluarga berduka. Di antara suara-suara duka, tiga anggota keluarga menyalahkan dukun atas insiden itu. Sunil, yang bekerja di Noida, bergegas datang setelah mendengar bahwa ia telah kehilangan ibunya karena terinjak-injak.

Ia menyatakan, “Jika ‘satsang’ tidak terjadi, insiden ini tidak akan terjadi.”

Namun, anggota keluarga korban lainnya, Karpuri Chand, yang meninggal, memberikan perspektif yang berbeda, “Insiden itu terjadi di sisi tempat para wanita duduk. Saya juga ada di sana. Ini masalah penyelidikan siapa yang bertanggung jawab atas ini. Namun saya tidak merasa ini salah Baba.”

Adegan dari lokasi SATSANG

Lokasi ‘satsang’, yang kini menjadi tempat kehancuran, dipenuhi dengan barang-barang pribadi para peserta. Pakaian, kartu pernikahan, kartu Aadhaar, kotak bekal makan siang, dan tas berserakan di sekitar meja, menjadi pengingat suram akan peristiwa tragis tersebut.

Catatan Saksi Mata

Para saksi mata, termasuk anggota keluarga dari seorang warga lanjut usia yang hilang, menggambarkan rangkaian kejadian yang menyebabkan bencana tersebut.

“Ada lebih dari satu lakh orang kemarin. Ketika ‘satsang’ berakhir, orang-orang mulai pergi. Ada banyak kendaraan yang diparkir di jalan utama, dan orang-orang mengira mereka dapat keluar dengan mudah dari tanah di seberang lokasi ‘satsang’,” kata seorang saksi mata.

“Tanahnya licin dan berlumpur, menyebabkan orang-orang terpeleset dan jatuh menimpa satu sama lain, mengakibatkan serangkaian keributan yang telah menelan lebih dari 100 korban jiwa,” tambah saksi mata tersebut.

ANGGOTA KELUARGA MENGAKU FASILITAS MEDIS TIDAK MEMADAI

Mengingat dampak dari insiden tersebut, muncul pertanyaan mengenai kecukupan fasilitas medis yang tersedia di rumah sakit tanggap darurat. Seorang pejabat dari Pusat Kesehatan Masyarakat (CHC) Sikandar Rao, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa rumah sakit tersebut kekurangan listrik selama satu setengah jam ketika jenazah dan mereka yang terluka mulai berdatangan, sehingga menunda perawatan segera bagi beberapa pasien.

Sikandar Rao CHC adalah salah satu rumah sakit yang menerima 92 jenazah. Salah satu responden pertama yang membawa jenazah dan korban luka ke rumah sakit mengatakan, “Hanya ada satu dokter di sini saat kami menerima pasien.”

SIAPA NARAYAN SAKAR HARI

Narayan Sakar Hari, yang bernama asli Surajpal Singh, adalah mantan perwira intelijen polisi yang beralih menjadi pemimpin spiritual. Berasal dari desa Bahadur Nagari di distrik Etah, ia mengaku telah meninggalkan pekerjaannya di kepolisian untuk mengejar misi spiritual. Dikenal karena banyaknya pengikutnya, terutama di antara wanita yang mengenakan pakaian merah muda selama ‘satsang’-nya, ia dipuja sebagai ‘Bhole Baba’.

Istrinya, yang disebut sebagai ‘Matashri’, sering menemaninya selama ‘satsang’-nya. Ia juga memiliki sebuah ashram di Bahadur Nagari, yang masih beroperasi dan menarik ribuan umat setiap hari meskipun ia memindahkan markasnya ke Bichhwa di Mainpuri. Ashram tersebut tersebar di lahan seluas 30 hektar.

Meskipun pindah, Narayan Sakar Hari tetap menyelenggarakan ‘satsang’ mingguan di wilayah tersebut, yang menarik banyak pengunjung.

IMPLIKASI MASA DEPAN

Insiden tragis di ‘satsang’ Narayan Sakar Hari telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang organisasi dan langkah-langkah keamanan pada pertemuan keagamaan besar. Kegagalan mengelola kerumunan besar secara efektif telah menyoroti perlunya peraturan dan pengawasan yang ketat untuk acara-acara berskala besar ini.

TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS

Pejabat senior dari Kepolisian Uttar Pradesh telah mengonfirmasi kepada India Today TV bahwa penyelidikan atas insiden tersebut akan difokuskan pada beberapa area utama, termasuk tanggung jawab otoritas setempat dalam memberikan izin untuk acara tersebut, kecukupan pengaturan keamanan, dan peran penyelenggara dalam memastikan keselamatan peserta.

Dengan mengajukan FIR dan membentuk tim investigasi khusus, pihak berwenang telah berjanji bahwa mereka yang kedapatan lalai akan dimintai pertanggungjawaban.

Diterbitkan oleh:

Prateek Chakraborty

Diterbitkan di:

3 Juli 2024



Source link