Rabu, 3 Juli 2024 – 12:37 WIB

JAKARTA – Raim Laode, penyanyi asal Wakatobi Sulawesi Tenggara berhasil mencuri perhatian pengguna media sosial. Lagu miliknya yang berjudul Komang berhasil menepati posisi pertama sebagai lagu Indonesia paling banyak diputar dalam waktu 24 jam pada tahun 2023 di platform Spotify.

Baca Juga:

Yuk Coba Metode Diet 2-2-2-2 untuk Menurunkan Berat Badan

Lagu tersebut juga berhasil membawa Raim Laode memenangkan katagori Artis Solo Pria Pop Terbaik dan Pencipta Lagu Pop Terbaik dalam ajang AMI Awards 2023. Menorehkan penghargaan bergengsi setelah lima tahun berkarir di dunia musik. Nyatanya masih banyak yang meremehkan Raim Laode. Dia bahkan menyebut orang-orang masih banyak yang menganggapnya sebelah mata.

“Sering saya ngomong ‘saya juara satu’ (mereka respon) ‘apa sih bang’ selalu. Nah saya bahkan saking pedenya jadi kayak gitu, kasih tahu orang-orang ‘nomor satu nih Komang’ dan tidak ada yang percaya, dan wajarlah. Sebab mereka tidak melihat seperti kita melihat mimpi kita. Kalau kau percaya dengan mimpimu, dapat jalannya, dapatlah apapun bisa,” kata dia saat ditemui dalam acara media gathering Sang JUARA di kawasan Cipete Jakarta Selatan, Selasa 2 Juli 2024.

Baca Juga:

Meresahkan Warga, Polisi Tangkap ‘Pocong’ di Gunungkidul

Meski dianggap remeh oleh orang lain, dia mengaku santai saja. Dia menyebut tak memiliki banyak waktu untuk meladeni orang-orang yang membenci dirinya. Raim Laode mengaku lebih memilih untuk sibuk menghargai orang yang memberikan cinta pada karya-karyanya.

Baca Juga:

Dari Menggandeng Nama Arie Kriting Hingga Menjadi Viral! Kisah Sukses Raim Laode dengan Song Komang

“Saya tidak pernah pedulikan mereka tidak ada waktu untuk pembenci sebab saya sibuk mengharagai yang mencintaiku. Tidak ada waktu,” kata dia.

Pria kelahiran Wakatobi, Sulawesi Tenggara ini juga tidak mempermasalahkan orang-orang yang membencinya. Dia menganggap kritik tersebut akan membangunnya menjadi lebih baik.

“Tidak apa-apa, selalu akan ada mulut-mulut pembenci bahkan apa yang mereka bilang benar. Kritikan itu bagaikan jamu yang pahit tapi menyehatkan, sementara pujian adalah gula yang manis tapi membahayakan. Justru kritikan itu yang buat kita sehat,” kata dia.

Bukan hanya itu saja, bahkan hingga saat ini masih banyak orang yang mengira namanya adalah Komang bukan Raim Laode. Meski begitu, dia bersyukur lantaran karyanya begitu membekas di hati masyarakat.

“Nama saya Raim Laode bukan Komang. Tadi saya datang ‘mas Komang’. Lagu saya Komang, tapi itu bagus sebuah tanda karyanya lebih besar dari pemiliknya itu tanda yang bagus,” ujarnya.

Masih banyaknya orang yang mengira dirinya adalah Komang juga lantaran dia tidak pernah muncul saat lagu tersebut begitu populer di tahun 2023. Belum lagi wajahnya yang tak muncul dalam video musik tersebut. Diungkap Raim Laode dirinya memilih untuk tak muncul lantaran dia takut.

“Bukan down to earth, tapi saya lebih ke takut salah bicara, coba lihat saya tadi bicara. Tambah 50 menit lagi sudah politik sudah saya bahas. Sekarang yang terlalu viral tampil di acara tv pagi-pagi, memang dijaga woro-woronya. Kita lagi di atas, anginnya kencang harusnya pegangan jangan lari-lari di puncak, pelan-pelan. Kebetulan saya lagi di atas puncak yang menurut orang-orang. Saya pelan-pelan. Kalau orang yang lagi viral mereka ke acara tv, ke podcast dan pilihan mereka,” sambungnya.

Di sisi lain, Brand Manager Sang JUARA, Sugiono Susilo mengungkap pihaknya tengah gencar mengampanyekan gerakan Juarakan Hidupmu. Gerakan ini berakar pada keyakinan bahwa setiap tantangan itu sejatinya adalah peluang untuk berkembang yang dapat mendorong individu untuk berani menghadapi rintangan maupun perubahan, serta mengubahnya menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.

“Kami ingin menginspirasi bahwa mereka bisa menjadi juara versi mereka sendiri, yang terpenting adalah perjalanannya sendiri. Usaha untuk menggapai mimpi karena ketika berusaha kita belajar sesuatu. Hari ini adalah kesalahan, besok perbaiki, ini yang mau kita ajarkan ke masyarakat tentang arti juara,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

“Tidak apa-apa, selalu akan ada mulut-mulut pembenci bahkan apa yang mereka bilang benar. Kritikan itu bagaikan jamu yang pahit tapi menyehatkan, sementara pujian adalah gula yang manis tapi membahayakan. Justru kritikan itu yang buat kita sehat,” kata dia.



Fuente