Buka Editor’s Digest secara gratis
Roula Khalaf, Editor FT, memilih cerita favoritnya dalam buletin mingguan ini.
Calon presiden Indonesia berikutnya, Prabowo Subianto, mengatakan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat hingga 8 persen dalam lima tahun dan berjanji untuk mempertahankan disiplin fiskal saat ia memegang kendali ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Berbicara di sebuah forum investasi di Jakarta pada hari Selasa, Prabowo juga menjanjikan transisi yang mulus dari pemerintahan Joko Widodo saat ini dan mengatakan pemerintahannya akan membangun fondasi ekonomi yang diletakkan oleh pendahulunya.
Mantan jenderal militer dan menteri pertahanan saat ini memenangkan hampir 60 persen suara dalam pemilihan bulan Februari, menurut hasil tidak resmi dari contoh surat suara. Hasil resmi akan diumumkan bulan ini dan, jika dikonfirmasi, Prabowo akan dilantik sebagai presiden pada bulan Oktober.
Didukung oleh kebijakan yang berpihak pada bisnis dan dorongan infrastruktur di bawah pemerintahan Widodo, Indonesia telah menjadi salah satu pasar berkembang dan tujuan investasi paling menarik di dunia. Widodo, yang menjabat sebagai presiden sejak 2014, telah memposisikan Indonesia sebagai bagian penting dari rantai pasokan global untuk kendaraan listrik, dengan memanfaatkan cadangan nikel yang melimpah di negara tersebut.
Dalam komentar publik pertamanya yang menguraikan prioritas pemerintahnya sejak kemenangan pemilu yang menentukan, Prabowo mengatakan pemerintahnya akan berfokus pada pertumbuhan inklusif dan kebijakan yang ramah investor serta memangkas inefisiensi ekonomi.
“Saya pribadi yakin kita bisa meningkatkan pertumbuhan. Perkiraan saya sendiri adalah bahwa dalam 4 hingga 5 tahun ke depan, kita bisa melihat pertumbuhan 8 persen, mungkin lebih,” katanya.
“Kami ingin pertumbuhan, tetapi kami ingin mengatasi kemiskinan, kami ingin menciptakan lapangan kerja, kami ingin memberantas kelaparan. Dan jalan ke depan sangat jelas. Kami akan mendorong efisiensi, kami akan mendorong pengambilan keputusan yang rasional,” katanya.
Ramalan pertumbuhan ekonomi Prabowo cukup ambisius jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi saat ini. Perekonomian telah tumbuh stabil sebesar 5 persen per tahun selama satu dekade terakhir, kecuali selama pandemi Covid-19. Bank sentral mengatakan pada hari Selasa di forum tersebut, ekonomi diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5,1 persen tahun ini.
Prabowo juga berjanji untuk mempertahankan kekuatan fiskal dan meningkatkan pengumpulan pajak, menanggapi kekhawatiran dari para ekonom dan investor bahwa ia dapat memperkenalkan kebijakan populis yang akan menguji ketahanan fiskal Indonesia.
Salah satu janji kampanye utamanya adalah menyediakan makanan dan susu gratis untuk anak-anak sekolah di seluruh negeri dengan biaya Rp460 triliun ($30 miliar), sekitar 2 persen dari produk domestik bruto Indonesia.
Prabowo juga mengatakan bahwa ia akan melakukan reformasi dan privatisasi terhadap badan usaha milik negara Indonesia, yang memiliki kepentingan besar dalam bidang energi, keuangan, telekomunikasi, pertanian dan industri lainnya.
Pengamat politik dan aktivis hak asasi manusia juga telah menyuarakan keprihatinan mereka tentang demokrasi di Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo, dengan mengutip masa lalunya yang kontroversial di militer.
Prabowo menghabiskan puluhan tahun di militer hingga ia digulingkan pada tahun 1998 atas dugaan keterlibatannya dalam penculikan aktivis pro-demokrasi selama rezim mendiang otokrat Suharto.
Ia juga dituduh terlibat dalam pembunuhan di Timor Timur saat masih menjadi perwira muda pada tahun 1980-an. Ia selalu membantah tuduhan tersebut.
Prabowo pada hari Selasa mengatakan bahwa pemerintahannya akan bertindak secara demokratis dan menyatakan bahwa demokrasi Indonesia yang “berantakan” masih memerlukan beberapa perbaikan.
“Kita akan bekerja secara demokratis, tetapi kita tidak akan malu untuk mengambil tindakan tegas,” kata Prabowo. “Demokrasi itu sangat, sangat melelahkan. Demokrasi itu sangat, sangat berantakan, demokrasi itu sangat, sangat mahal. Dan kita masih belum puas dengan demokrasi kita. Masih banyak ruang untuk perbaikan.”
