Jumat, 20 September 2024 – 03:16 WIB

Jakarta, VIVA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini ketidakpastian global telah berdampak luas, termasuk negara-negara maju. Menurut dia, negara maju juga sudah banyak yang masuk ke jurang resesi.

Baca Juga:

World Expo 2025 Osaka, RI Bakal Pamer Potensi Ekonomi Energi Terbarukan hingga Smart City

Hal ini disampaikan Jokowi dalam acara Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 di Hotel Alila, Surakarta, Jawa Tengah pada Kamis, 19 September 2024.

“Dunia sekarang ini menghadapi sebuah gejolak ketidakpastian tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami, termasuk kita. Bahkan, negara-negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi. Terakhir Inggris sudah masuk ke jurang resesi,” kata Jokowi.

Baca Juga:

Survei: Pilkada Jakarta dan Jawa Tengah Paling Ketat, Kepuasan Kinerja Jokowi-Ma’ruf Amin Tinggi

Bahasa Indonesia:

Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Foto :

  • Biro Pers Sekretariat Presiden

Saat ini, kata Jokowi, ada 96 negara telah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Oleh sebab itu, Jokowi mengingatkan harus fokus dalam bekerja mengelola ekonomi Indonesia, terutama dalam membuka peluang kerja di tengah tantangan yang dihadapi ke depan sangat besar.

Baca Juga:

Jokowi Batal Hadiri Closing Ceremony PON 2024 di Sumut, Diwakili Menko PMK

“Ini sebuah angka yang kalau menurut saya sangat mengerikan. Kalau bapak ibu bertanya kepada saya, fokus ke mana, kalau saya sekarang maupun ke depan kita harus fokus pada pasar kerja,” ujarnya.

Adapun, Jokowi menyebut ada tiga tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia dan hampir semua negara di dunia. Tantangan pertama adalah perlambatan ekonomi global, di mana data Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen pada 2023, dan diperkirakan akan turun menjadi 2,6 persen pada 2024.

“Tahun depan dari World Bank muncul angka 2 naik sedikit 2,7. Tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara,” jelas Jokowi.

Tantangan kedua, lanjut dia, peningkatan otomatisasi di berbagai sektor. Menurut dia, otomatisasi tidak lagi terbatas pada mekanik, melainkan telah meluas dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi analitik.

“2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta, sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut untuk membuka lapangan kerja. Justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor,” ungkapnya.

Tantangan ketiga, Jokowi mengatakan adalah tren _gig economy_ atau ekonomi paruh waktu. Tren ini, kata dia, semakin berkembang di mana perusahaan cenderung lebih memilih pekerja kontrak, freelencer atau independen untuk mengurangi risiko ketidakpastian global.

“Sehingga sekali lagi, kesempatan kerja makin sempit dan makin berkurang. Oleh sebab itu, saya berharap ada sebuah desain tapi desainnya taktis rencana, tapi rencana taktis, strategi taktis yang detail,” kata Jokowi.

Namun demikian, Jokowi kembali mengingatkan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030-an. Maka dari itu, Jokowi mengatakan bahwa tantangan terbesar adalah menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya di tengah situasi yang sulit ini.

“Bonus demografi bisa menjadi kekuatan besar, tetapi juga bisa menjadi beban. Inilah tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

“Tahun depan dari World Bank muncul angka 2 naik sedikit 2,7. Tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara,” jelas Jokowi.

Halaman Selanjutnya



Fuente