Minggu, 8 September 2024 – 09:59 WIB

Jakarta, VIVA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai ada fenomena unik di Pilkada Jakarta, yakni pasangan calon yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei malah akan menelan kekalahan.

Baca Juga:

Kritisi Situasi Sosial Politik di Indonesia, Garin Nugroho Garap Film Tepatilah Janji

Menurut dia, selama ini belum pernah ada calon yang memiliki survei elektabilitas tertinggi bisa memenangkan Pilkada Jakarta.

“Dulu Fauzi Bowo pas 2012 itu surveinya tinggi, kalah sama Jokowi. Ahok juga sama, 2017 memiliki survei tinggi, tumbang oleh Anies, jadi menurut saya biasanya yang surveinya tinggi justru kalah di Pilkada Jakarta,” kata pria yang akrab disapa Hensat itu di Jakarta, Sabtu, 8 September 2024.

Baca Juga:

Pilkada Jakarta Diprediksi Bakal 2 Putaran Karena Ada 3 Pasangan Cagub

Bahasa Indonesia:

Warga menentukan pilihannya dalam Pilkada. (ilustrasi)

Foto :

  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Menurut Hensat, kemenangan pasangan calon di Pilkada Jakarta ditentukan oleh kuatnya basis akar rumput partai pengusung.

Baca Juga:

Agus Irawan Optimis Boyolali Bakal Lebih Harmonis Didukung Muhammadiyah

Hensat melanjutkan, sejarah itu terbukti sejak Pilkada Jakarta digelar secara langsung pada tahun 2007 lantaran hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan kompetisi.

Hal tersebut terjadi ketika Fauzi Bowo mengalahkan Adang Daradjatun dari PKS di tahun 2007.

“Sisanya? Jokowi menang karena akar rumput PDI Perjuangan di 2012, namun Anies Baswedan di 2017 juga bermodalkan akar rumput PKS-Gerindra berhasil mengalahkan Basuki Tjahja Purnama yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem,” katanya.

Bahasa Indonesia:

Ilustrasi persiapan logistik untuk pilkada.

Ilustrasi persiapan logistik untuk pilkada.

Foto :

  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

Saat ini, Pilkada Jakarta diramaikan oleh nama-nama besar seperti Ridwan Kamil dari Golkar dan Pramono Anung dari PDI Perjuangan. Hingga saat ini, Hensat belum bisa memastikan elektabilitas mana yang paling tinggi dan berpotensi memenangi kursi gubernur Jakarta. (ant)

Halaman Selanjutnya

Hal tersebut terjadi ketika Fauzi Bowo mengalahkan Adang Daradjatun dari PKS di tahun 2007.

Halaman Selanjutnya



Fuente