Survei menunjukkan peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja

Studi tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2022, kemungkinan bunuh diri di kalangan remaja berusia 10 hingga 19 tahun adalah 21% lebih tinggi dibandingkan dengan remaja dewasa.

Sebuah studi baru-baru ini, yang dilakukan oleh Fiocruz dan diterbitkan secara eksklusif oleh g1, memberikan data yang mengkhawatirkan tentang peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja di Brasil. Survei yang menganalisis periode 2000 hingga 2022 ini mengungkapkan bahwa bunuh diri semakin sering menjadi penyebab kematian di kalangan anak muda berusia 10 hingga 19 tahun.




Menurut Raphael Guimarães, salah satu penulis studi tersebut, peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja dapat dikaitkan dengan beberapa isu kontemporer.

Foto: depositphotos.com / NatashaFedorova / Profil Brasil

Menurut para peneliti, meskipun secara historis tingkat bunuh diri di kalangan remaja lebih rendah dibandingkan di kalangan dewasa muda, tren ini telah berubah. Kemungkinan bunuh diri pada kedua kelompok sama pada tahun 2019 dan, sejak itu, angka bunuh diri pada remaja mulai meningkat.

Studi tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2022, kemungkinan bunuh diri di kalangan remaja berusia 10 hingga 19 tahun adalah 21% lebih tinggi dibandingkan dengan remaja dewasa. Perubahan signifikan yang terjadi selama masa pandemi Covid-19 ini menyoroti konteks yang diperburuk oleh krisis kesehatan, ekonomi, dan sosial.

Selama periode 22 tahun yang dianalisis, bunuh diri mewakili rata-rata 4,02% kematian di kalangan anak muda berusia antara 10 dan 29 tahun. Pada kasus remaja, angkanya sebesar 3,63%, sedangkan pada dewasa muda sebesar 4,21%. Di antara orang dewasa berusia 30 tahun ke atas, angka tersebut jauh lebih rendah, yaitu sebesar 0,68% kematian.

Apa penyebab meningkatnya angka bunuh diri di kalangan remaja?

Menurut Raphael Guimaraessalah satu penulis studi tersebut, peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja dapat dikaitkan dengan beberapa isu kontemporer. Guimarães menyebutkan kurangnya prospek masa depan sebagai salah satu penyebab utama.

  • Masalah ekonomi dan sosial
  • Ketidakpastian mengenai masa depan jangka panjang
  • Pengangguran dan ketidakstabilan pasar tenaga kerja
  • Pelatihan profesional

Semua masalah ini sangat membebani pikiran remaja dan harus diperlakukan sebagai peristiwa sosial, bukan peristiwa biologis, menurut Guimarães.

Bagaimana kebijakan publik dapat membantu kasus bunuh diri di kalangan remaja?

Saat ini, kebijakan nasional yang ditujukan untuk remaja termasuk dalam kebijakan yang juga mencakup anak-anak. Namun, mengingat meningkatnya jumlah remaja di negara ini, terdapat kebutuhan mendesak untuk secara khusus menargetkan kelompok ini dalam strategi kesehatan masyarakat.

Bagi Guimarães, sangat penting untuk menggabungkan layanan dengan strategi pencegahan untuk remaja. Ia berpendapat bahwa fokus kebijakan publik harus pada peningkatan kesehatan mental dan pembuatan rencana aksi yang mengatasi berbagai dimensi yang mempengaruhi kesejahteraan generasi muda.

Bunuh diri: apakah ada tanda-tandanya?

Banyak orang tua dan wali bertanya-tanya apakah ada tanda peringatan yang mengindikasikan kemungkinan bunuh diri. Penting untuk mengamati perubahan perilaku, seperti isolasi sosial, hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati, dan perubahan pola tidur dan nafsu makan. Membicarakan topik ini secara terbuka, menawarkan dukungan emosional, dan mencari bantuan profesional merupakan langkah mendasar menuju pencegahan.

Tanda Peringatan Utama:

  1. Isolasi sosial
  2. Kehilangan minat dalam aktivitas
  3. Perubahan pola tidur dan nafsu makan
  4. Ekspresi keputusasaan atau kurangnya perspektif untuk masa depan
  5. Perilaku yang merusak diri sendiri atau merugikan diri sendiri

Fuente